Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara – Pada 2022 12 September 14:49 12 September 2022 14:49 Diperbarui: 12 September 2022 15:07 5531 1 0
Ki Hajar Devantara adalah seorang aktivis pendidikan Indonesia yang menentang pendidikan pada masa penjajahan Belanda. Saat itu, sistem pendidikan hanya untuk kepentingan penjajah dan hanya sedikit yang berkesempatan mengenyam pendidikan.
Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara
Pria bernama asli Suvardi Surjaningrat ini menekankan apa yang disebutnya “kemandirian belajar”. Ia juga mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta untuk memastikan pemerataan akses pendidikan bagi masyarakat Indonesia. Taman Siswa Ki Hajar Dewantara sendiri memadukan konsep bermain Froebel dan pengembangan panca indera dari teori Montessori.
Belajar Ala Ki Hadjar Dewantara
Konsep dan pemikiran Key Hajar Devantara itu digunakan dalam kurikulum gratis yang kini diulang oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Bpk. Pada masa Nadiem Makarim. Selain itu, Kemendikbud juga meluncurkan program Mobilisasi Sekolah dan Mobilisasi Guru untuk mendorong perubahan menuju pembelajaran yang lebih baik di komunitasnya.
Dalam modul pelatihan guru mobilisasi, hal pertama yang diajarkan calon guru mobilisasi adalah pengenalan gagasan pendidikan Ki Hajar Devantara, yang ditetapkan pada tahun 1936. dalam artikel “Dasar-Dasar Pendidikan”. Filosofinya yang terkenal
Ki Hajar Devantara meyakini bahwa pendidikan merupakan kunci utama untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka dan beradab. Di bawah ini adalah beberapa pemikiran pendidikan Ki Hajar Devantara. Ide ini terbukti relevan bahkan hingga hari ini di Indonesia.
Menurut Ki Hajjar Devantara, pendidikan tidak dapat dipisahkan dari belajar. Mengajar adalah bagian dari pendidikan. Pendidikan itu sendiri berusaha untuk menjadi pemimpin (
Ajaran Ki Hajar Dewantara Di Bidang Ekonomi
Pendidik hanya dapat mengatur perkembangan atau kehidupan kemampuan alamiah anak agar dapat meningkatkan perilakunya (tidak secara signifikan) dan perkembangan kemampuan alamiah anak. Kepemimpinan disini memimpin, memberi contoh, mendidik anak, peduli dan memberikan kebebasan anak untuk berkembang dan siap hidup dalam masyarakat.
Selain itu, peran pendidik diibaratkan sebagai petani atau tukang kebun, dan siswa sebagai tanaman. Petani merawat tanaman tersebut agar tumbuh dengan baik. Setiap tanaman diperlakukan berbeda. Artinya, pendidik harus memperlakukan anak sesuai dengan kebutuhannya.
Selama pelatihan, guru harus memperhatikan fakta bahwa sifat anak adalah bermain. Selama permainan, anak-anak mengalami kegembiraan yang akan membekas di hati dan pikirannya.
Untuk itu guru hendaknya memasukkan unsur bermain dalam pembelajarannya agar siswa senang dan tidak bosan. Contoh permainan tradisional seperti congklak, gobag sodor, bola bekel, dll. Selain konsep permainan yang menyenangkan, anak-anak juga belajar tentang strategi, perhitungan, keterpaduan, dan tentunya melestarikan budaya di sekitar mereka.
Gagasan Ki Hajar Dewantara Tetap Dilaksanakan Sampai Kini
Sifat alam terkait dengan lingkungan tempat tinggal anak. Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Semuanya memiliki ciri khas masing-masing yang belum tentu cocok jika digunakan di berbagai daerah, sehingga pendidik harus beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal anak.
Karakter usia mengacu pada era atau waktu saat ini. Pendidik harus memperoleh keterampilan dalam konteks pembelajaran saat ini, yaitu di era globalisasi dan kemajuan teknologi. Namun pendidik juga harus mampu merespon budaya dari luar dan membimbing anak untuk menyaring pengaruh yang dapat menimbulkan hal-hal negatif.
Ki Hajjar Devantara menentang teori tablurasa. Anak-anak bukanlah kertas putih kosong yang bisa dilukis oleh orang dewasa sesuai keinginan mereka. Tetapi anak-anak dilahirkan dengan karakter mereka yang tidak ditentukan. Tugas pendidik adalah memadatkan sifat samar ini, mengarahkan mereka untuk mengungkapkan sifat baiknya dan menyembunyikan sifat buruknya.
Pendidik dapat memperkuat sifat-sifat alamiah tersebut dengan kekuatan konteks diri anak sesuai dengan tingkat perkembangan dan sosial budaya anak.
Lima Fakta Unik Ki Hadjar Dewantara Yang Perlu Kamu Ketahui
Ki Hajar Devantara juga mengungkapkan pentingnya budi pekerti. Tingkah laku, budi pekerti, budi pekerti adalah perpaduan yang serasi antara pikiran (kreativitas), perasaan (rasa), kemauan atau kemauan (niat/karya) untuk membangkitkan tenaga/semangat (karakter).
Pendidik harus memberikan contoh yang baik bagi peserta didik dalam pengembangan karakter. Karakter dapat dikembangkan melalui kegiatan sosialisasi di sekolah, seperti memberi salam dan mencium tangan guru saat masuk atau keluar sekolah.
Berdasarkan filosofi pendidikan dan pemikiran Ki Hajar Devantara, pertanyaannya tentu saja bagaimana menerapkan pemikiran tersebut? Berdasarkan penalaran dan pengalaman penulis sendiri sebagai pendidik anak berkebutuhan khusus, SKh Negeri 02 Kota Serang, Banten, sebagian gagasan tersebut telah diimplementasikan di sekolah-sekolah. Hal ini semakin menjelaskan pemahaman penulis tentang pola pikir pendidikan Ki Hajar Devantara setelah mempelajari Modul 1.1 PGP.
Pendidikan anak berkebutuhan khusus disesuaikan dengan kemampuan dan kekhasan anak tersebut. Setelah penilaian, jika perlu, profil anak dan pelatihan individual dibuat. Mengingat kemampuan anak terutama tunagrahita dan autis yang kemampuan kognitifnya kurang, maka penekanan anak bukan pada bidang akademik, melainkan pada keterampilan.
Bapak Pendidikan Nasional
Di lingkungan sosial budaya yang religius dan kawasan pertanian, sekolah melakukan program dakwah dan mengembangkan keterampilan dalam produksi barang bekas dan serutan daun singkong.
Ke depan, penulis akan membantu anak-anak berkebutuhan khusus untuk berkembang di masyarakat, agar lebih percaya diri dan mandiri, dengan mengaktifkan kegiatan intra dan ekstra kurikuler, seperti OSIS, Pramuka dan Latihan Kepemimpinan. Merdeka Learning yang kita dengar akhir-akhir ini bukanlah konsep baru. Bapak pendidikan kita, Ki Hajjar Devantara, pernah menciptakan filosofi pendidikan yang mengilhami Merdeka Belajar, yaitu Antarsistem. Sistem terpal merupakan metode pengajaran yang mencakup 3 prinsip yaitu momongo, terpal dan ngemong.
Momong dalam bahasa Jawa berarti keinginan untuk peduli dengan tulus dan penuh kasih sayang. Bahasa Jawa juga berarti teladan baik dan buruk, tidak ada kekejaman terhadap anak, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri. Arti kata ngemong dalam bahasa Jawa adalah proses mengawasi, mengasuh dan mendampingi anak agar berkembang, bertanggung jawab dan disiplin berdasarkan nilai-nilai yang berlaku (Raharjo, 2012).
Di sini terlihat bahwa Ki Hajar Devantara lebih memilih belajar mandiri tanpa paksaan. Kita sendiri tahu bahwa ketika kita dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan, tentu usaha kita akan minim dan hasilnya tidak akan bagus.
Inilah 5 Fakta Hari Pendidikan Nasional Dan Sosok Ki Hadjar Dewantara
Bukti psikologis juga menunjukkan bahwa orang tidak dapat belajar dengan baik jika keadaan emosinya juga buruk. Bahkan dengan keadaan emosi yang baik ini, kita menjadi lebih kreatif, lebih luwes dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan lebih efisien dan hati-hati (Richard et al., 2004).
Inilah mengapa kami percaya bahwa belajar melalui permainan sangat penting untuk pendidikan kita. Karena bermain adalah melakukan aktivitas tanpa paksaan, dan melalui pembelajaran berbasis bermain, kita dapat menggunakan aktivitas berbasis bermain sebagai cara anak untuk bereksperimen dengan suatu mata pelajaran.
Sistem antar juga menganggap bahwa memberikan kemandirian memberikan kebebasan kepada anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan hakikat hidupnya. Ki Hajar Devantara memahami hakikat kehidupan sebagai kemampuan atau potensi yang dimiliki anak sebagai anugerah dari Tuhan (Novetari, 2020).
Pendidikan tidak bisa memaksa dan ikut menentukan karakter mutlak setiap anak. Pendidikan baru mengintervensi ketika anak membutuhkan bimbingan dan arahan agar anak tidak menyimpang dari garis utamanya (Rifa’i 2011).
Buku Ki Hadjar Dewantara: Multikultural Dalam Pendidikan Musik
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami karakter setiap anaknya. Karena seringkali kita para orang tua memikirkan apa yang lebih baik untuk anak atau siswa kita. Dari ide ini, kami banyak memaksakan mereka untuk mencapai apa yang menurut kami baik, meskipun itu belum tentu sesuai dengan sifat anak.
Sistem ini dapat dilihat di TK Ki Hajar Devantari, dimana setiap anak merasa senang dan ingin mengembangkan kemampuannya (Novetari, 2020).
Noventari, V. (2020). Konsep kebebasan belajar antar sistem menurut pendekatan Ki Hajjar Devantar. Kewarganegaraan Progresif: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Kewarganegaraan, 15(1), 83-91.
Pickard, RW, Papert, S., Bender, W., Blumberg, B., Breazeale, C., Cavallo, D., … dan Strohecker, K. (2004). Pengajaran yang efektif adalah sebuah manifesto. Jurnal Teknologi BT, 22(4), 253–269. Ki Hajjar Devantara yang dikenal sebagai “Bapak Pendidikan Nasional” adalah sosok yang kontribusinya sangat besar bagi dunia pendidikan.
Biografi Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia
Beliau memiliki jiwa pendidik, yang diwujudkan dengan berdirinya Perguruan Taman Siswa. Institusi tersebut memungkinkan rakyat jelata mendapatkan hak atas pendidikan, seperti orang kaya dan orang Belanda.
Hingga saat ini, pemikirannya tentang pendidikan berakar pada kebijakan sekolah. Itu bahkan memicu program pelatihan terbaru kami, Program Pelatihan Gratis.
Pendidikan mengarahkan segala daya kodrat anak agar mereka dapat mencapai keamanan dan kebahagiaan yang sebesar-besarnya. Baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat
Pendidikan merupakan persemaian benih-benih budaya yang hidup dalam masyarakat dan upaya pengembangan budi pekerti, budi pekerti dan raga.
Pdf) Pemikiran Pendidikan Ki. Hajar Dewantara Dan Relevansinya Dengan Kurikulum 13
Pendidik membimbing perkembangan atau kehidupan kemampuan fitrah anak agar dapat memperbaiki tingkah lakunya (bukan pondasinya) dan perkembangan kemampuan fitrah anak.
Ilmu yang bertujuan membekali anak dengan kecakapan hidup, berusaha mempersiapkannya untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam arti sosial maupun budaya yang seluas-luasnya.
Dalam melaksanakan reformasi secara menyeluruh, harus selalu diingat bahwa segala kepentingan peserta didik baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat tidak boleh mengabaikan segala kepentingan yang berkaitan dengan hakikat keadaan, baik yang bersifat alam maupun di zaman modern ini.
Di Indonesia, ada berbagai budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Jadi, kita tidak serta merta meniru budaya bangsa lain dan melupakan budaya nenek moyang kita, tetapi menerima budaya asing yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Quote Semboyan Ki Hadjar Dewantara
Memahami kemampuan kodrati anak atau peserta didik sebagai individu yang menyadari bahwa dirinya mampu berpikir, memahami, merasakan, berempati, berkeinginan dan berperilaku secara tepat merupakan hal yang dapat kita tanamkan dalam benak kita sebagai pendidik.
Watak atau budi pekerti merupakan fitrah yang dimiliki oleh setiap orang, maka kita sebagai pendidik harus memahami fitrah tersebut dan mampu mengiringi perkembangan kemampuan moral peserta didik dalam kegiatan pendidikan yang dilakukannya.
Sifat manusia sebagai